Konsep Cyber university di luar negeri sebenarnya sudah lama diterapkan di luar negeri dengan adanya program korespondensi. Mahasiswa dapat mengikuti program ini melalui surat konvensional. Penggunaan teknologi informasi dan Internet merupakan kelanjutan logis dari kuliah jarak jauh konvensional.
Namun Cyber universitysaat ini berbeda dengan program korespondensi. Pada program cyber university, interaksi dan aktivitas bersama (collaboration) lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan program korespondensi konvensional yang cenderung self pace. Untuk itu perlu ada perubahan (adjustment) pendekatan karena dia tidak langsung merupakan lanjutan yang linier dari program kulai jarak jauh korespondensi.
Di Indonesia sebenarnya kuliah jarak jauh yaitu Universitas Terbuka (UT) dengan menyelenggarakan program belajar jarak jauh. Namun belum diketahui kesuksesan (dan permasalahan) dari program UT ini. Jika pelaksanaan kuliah jarak jauh UT ini masih mengalami masalah, maka dapat diprediksi bahwa cyber university pun akan mengalami masalah.
Sebelum kita “berlari” dengan cyber university, kita harus belajar “merangkak” dengan kuliah jarak jauh ini. Ada beberapa permasalahan pendidikan di Indonesia yang berbeda dengan negara lain. Salah satu masalah yang besar adalah “kegilaan” kita terhadap gelar sehingga cara apapun ditempuh untuk mendapatkan gelar. Termasuk dalam cara tersebut adalah jual beli gelar. Ditakutkan bahwa cyber university ini hanya akan menjadi tempat jual beli gelar saja.
Banyak orang yang masih skeptis dengan cyber university di Indonesia. Kualitas pendidikan konvensional dengan tatap muka saja masih rendah, apalagi jika pendidikan dilakukan dari jarak jauh tanpa tatap muka.
Mahasiswa pada universitas konvensional masih menghadapi kesulitan untuk menyerap ilmu. Apakah ini dikarenakan dosen pada universitas yang bersangkutan tidak pandai menjelaskan?
Jika memang demikian, mungkin cyber university dapat membantu dengan memberikan pilihan atua memberikan suplemen dosen. Ataukah mahasiswa yang malas untuk berusaha dan belum dewasa dalam mengatur cara belajarnya (waktu belajar)?
Jika ini masalahnya, maka cyber university tidak memecahkan masalah dan bahkan akan memperburuk situasi. Inti utama dari semuanya ini adalah adanya kekhawatiran bahwa cyber university ini tidak membawa manfaat malah menambah masalah.
Misalkan UNTAN Membangun Ekosistem Digital Menuju Cyber University dengan memanfaatkan Teknologi informasi (TI) dan komunikasi atau ICT (information communication technology), yaitu dari kampus tradisional menjadi kampus digital
Tersedianya ICT untuk seluruh perkantoran, laboratorium, dan tempat student loungs yang terhubung dengan jaringan internet yang berkecepatan tinggi serta aplikasi berbasis web untuk menyampaikan informasi perguruan tinggi